Senin, 01 Juli 2013

Mitos Seputar Jantung

Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang vital bagi manusia. Ketidakpahaman tentang organ ini membuat banyak mitos bertebaran. Yang gawat, tidak sedikit yang mempercayai, walau terbukti salah. Nyawa tentu saja taruhannya kan?


  1. Orang muda tidak kena serangan jantung. Kata siapa? Mitos ini sangat lama beredar di masyarakat, bahkan mungkin masih banyak yang mempercayai. Namun faktanya, setelah era 90-an penderita serangan jantung semakin muda. Kini, tercatat 20 persen kasus serangan jantung di bawah usia 40, 40 persen di antara usia 40-45, dan 40 persen di atas usia 50. Itu sebabnya setiap orang disarankan untuk melakukan pengecekan dan pencegahan sejak dini, setelah usia 25 tahun. Ada tiga faktor yang meningkatkan resiko terkena penyakit jantung, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi lemak dan gula, malas berolah raga, pengaruh radikal bebas. Kalau ketiga faktor ini dirangkum menjadi satu, ujungnya adalah gaya hidup! Waspadalah!
  2. Jantung tidak perlu beristirahat. "Kalau jantung beristirahat, mati, donk, orangnya!". Meski tidak benar-benar berhenti berdenyut, jantung juga perlu beristirahat. Kapan? Saat kita tidur. Sewaktu tidur, jantung berkontraksi minimal, yaitu sekitar 50-60 denyut per menit. Tugas jantung sejatinya sangat berat. Setiap kali berdenyut, jantung memompa 70-80cc darah. Dan dalam satu menit, jantung berdenyut 70-100 kali. Artinya, dalam satu menit, jantung akan memompa 500cc cairan darah, dan ada 30.000cc atau sekitar 5.000-6.000 liter darah dipompa setiap hari. Ini sebabnya tidur sangat penting bagi kesehatan jantung.
  3. Serangan jantung menurun! Pada intinya, penyakit jantung tidak menurun secara genetik. Namun, kalau keluarga kamu memiliki riwayat serangan jantung yang tinggi, maka itu mempertinggi resiko kamu terkena. Oleh karenanya kamu harus bisa mengenali diri dan lingkungan kamu, berhenti merokok dan menghindari keluarga yang merokok, olahraga teratur, menjaga kolesterol, gula dan berat badan, plus periksakan diri kamu sejak dini.
  4. Data kiri nyeri = serangan jantung? Belum tentu iya, tetapi belum tentu juga tidak. Jika rasa nyeri menjadi lebih kuat ketika aktif berkegiatan, dan gejalanya menurun dengan pemberian obat nitrat di bawah lidah, maka itu mengindikasikan sakit jantung. Tetapi, bila sakit di dada dapat ditunjuk dengan jelas menggunakan jari - dan ketika ditekan terasa nyeri, kemungkinan besar ini sakit otot dada. Di Indonesia, kebanyakan tanda serangan jantung yang muncul adalah sakit ulu hati, kembung dan seperti masuk angin. Berbeda dengan di Amerika Serikat yang nyeri berawal di dada, lalu menjalar ke lengan kiri dan leher. Yang menghebohkan, penelitian di Universitas Airlangga pada 1980-an menunjukkan, ketika orang-orang yang merasa masuk angin diperiksa, sesungguhnya 30 persen di antara mereka terkena serangan jantung koroner.
  5. Bisa mendeteksi serangan jantung. Salah besar! Ada alasan kuat mengapa serangan jantung disebut sebagai "the silent killer". tak hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Faktanya, 30 persen kasus serangan jantung tidak memiliki gejala dan berakhir dengan kematian. Ini yang disebut "sudden death". Pemberitahuan untuk pertama kali dan terakhir kalinya. Memang, beberapa serangan jantung, terutama jika disebabkan bisul penyumbat pembuluh darah yang besar, menimbulkan gejala. Tetapi pecahnya bisul pembuluh darah yang kecil, yang ukurannya kurang dari 50 persen penyumbatan, inilah yang menyebabkan sudden death. Plak-plak kecil inilah yang ganas. Bagaimana tidak, ia tidak terlihat dengan EKG, tidak terdeteksi dengan tes treadmill. Ia baru akan tampak jika dilakukan Multislice CT Scan. Dari sinilah julukan silent killer berasal.
Nah, teman. Kamu sekarang tahu betapa berbahayanya serangan jantung tiba-tiba. Karenanya yuk mulai mengubah gaya hidup kamu dengan gaya hidup yang sehat.

Agus Supriyanto
eMail: agssupriyanto@gmail.com
YM: agssupriyanto
GTalk: agssupriyanto

Sumber:
Healthy Guide

Tidak ada komentar:

Posting Komentar